Sederhana dalam membentuk tiap butir kata dan sebaris kalimat
Bait yang tertulis jelas dalam melodi ketika suara-suara musik mengganggu
Rambut yang di terpa angin penggir pantai dan diisi oleh sebuah percikan ombak
Ketika perahu berlayar sendiri diantara asap dan lampu pinggir kota.
Perjanjian dibuat ketika sebuah kelingking terlingkar berusaha setia
Kamu duduk disana dan berkata ‘’pergi saja, tapi jangan terlalu lama’’
Asap-asap kendaraan kota menggangu saat menarik tuas gas motor
Dan semua larut dalam ketika lampu-lampu jalan kota menyala, oh itu biasa..
Mengapa ada kata ucapan selamat pagi
Ketika pintu mulai tertutup dan semua menjadi tampak rapat dan sepi
Pintu taksi pun mengisyaratkan untuk jadi hal yang tak dilihat lagi
Ketika roda-roda berputar searah dengan perginya asap-asap di cerita kemarin
Menyentuh menjadi sesuatu yang sangat langka, seperti memegang pasir di mekah
Menulispun membutuhkan waktu untuk dapat diterima, seperti surat yang dikirim ke roma
Itu hal besar, ketika menyampaikan satu kata “kangen” di tiap pesan
Mengerti betapa tatapan ketika dekat itu bukan hal sederhana
Akhiri, iya, coba saja akhiri ketikan demi ketikan yang tak berarah
Kembali pada jalan yang disisinya banyak trotoar dan penjual kaki lima
Nama saya di ingat, agar nanti ketika sadar, saya tidak malu berkata-kata lagi
Baiklah ini saya akhiri, kita yang tahu tentang kota bogor atau kencangnya kereta ketika membawa kita.
Dan ini ungkapan yang jujur, ketika sudah tidak bisa melihat apa-apa lagi
Terlebih bukan sebuah ungkapan romantic dengan tulisan hiperbol
Hanya cerita, pelan pelan saya meng-eja nya. Ce-ri-ta
Jadilah yang hati mau, buat tampak seperti normal, tidak menyerah.
0 comments:
Posting Komentar