Bekas tapak kaki sang pemotret lepas
Masih tertinggal di setiap alas-alas kayu jembatan jati
Sedikit ada seretan di setiap bekas tapak kaki itu
Mungkin lelah berjalan 2 mil dari tempat dia tinggal
Saya perhatikan tiap langkah yang dia ambil
Dengan pundak menopang si kecil yang slalu bersamanya
Itu raut nyata yang di tampilkan setiap hari
Tanpa tangis dia duduk di tepi petilasan sang istri, slalu seperti itu
Harapan dan tujuan yang besar bagi si kecil yang diam
Duduk di atas kayu tepi laut, kadang tersenyum melihat perahu kecil melintas
Badan yang membungkuk semakin lelah menggendong gadis rambut sebahu
Sesulit ini, dan disana masih ada tertawa lepas dari keduanya.
Hari larut sore, ketika matahari memberi petanda
Dia mungkin akan pulang dengan tangan koson
Tapi mimik wajah serupa ketika dia dating ke tempat ini
Tetap menggendong si kecil yang sedikit terkantuk
Takkan pernah tau, ketika 2 mil langkah yang di ambil membuatnya lemah
Terfikir dia berjalan tegap ke istnanya, tetapi di singgah di tempat hening
Lagi-lagi duduk di tepi petilasan wanita terindah di hidupnya
Menaruh si kecil di sebelahnya, seolah member isyarat tentang hari ini
Langkah beratnya dilanjutkan di sisi sepi dan berkabut
Mengembalikan ke dunia baru untuk malam ini
“Terimakasih ayah, hari ini kita bermain ke pantai lagi
Mungkin lusa, ibu bisa menyusul kita” suara kecil menutup malam tukang potret.
0 comments:
Posting Komentar