hey Nida..
saya merasa tidak ada hak untuk menahan agar kamu tidak terus menangis..
saya tahu bukan hal mudah untuk menerima keputusan ini, tapi ini adalah kehendak kuasa-Nya.
saya mungkin hanya sedikit tahu cerita hari-hari yang kamu lalui bersama beliau
bahkan ini adalah ujian kesekian yang kau terima..
setelah hampir 6 tahun lalu Ibunda mu lebih dulu ada di sisi Tuhan, dan kemarin Ayahanda pun harus menyusul dengan khusnul khotimah.
Namanya Nida, gw coba buat sedikit mengilustrasikan apa yang baru aja gw alamin.
gadis cantik kecil berusia 9 Tahun ini baru saja kehilangan ayahnya, dan tentu ini bukan pertama kalinya dia terus menangis setelah kira-kira 6 Tahun lalu dia kehilangan ibundanya.
berita ini memang sangat mengejutkan, bahkan gw sendiri sempet ga percaya.
ketika kemarin gw sholat Magrib disebelah pak'de Muridi dan menjelang isya gw lihat beliau jatuh di Alfamart ketika mau beli Makanan buat Nida, dan nggak lama setelah itu Pak'de Muridi di pastika meninggal dunia. salaman sehabis sholat itu seperti ucapan selamat tinggal.
yang bikin terpukul lagi, Nida terus nangis di sebelah jenazah ayahnya,
"bapak, bangun.. nanti nida sama siapa?"
nyokap gw cuma bisa meluk Nida sambil ikut nangis di sebelah jenazah.
memang Nida terlalu kecil untuk menjadi Yatim Piatu
tapi ini ketetapan, kita cuma bisa terus maju dan optimis...
bersyukur karna keluarga gw sekarang utuh, dan semoga slalu tetap utuh..
tanpa harus berjanji, nyokap cuma bisa berusaha jaga Nida, merawat layaknya anak kandung
satu pesan yang slalu gw inget..
"yang paling Jauh adalah Masalalu, dan yang paling dekat adalah Kematian..."
setelah ini, gw cuma mencoba menjalani semua dengan baik...
0 comments:
Posting Komentar