..
hal ini begitu sulit untuk diungkapkan..
ketika saat itu, saya hanya bisa melihat kamu, banyak menulis tentang dia di mikroblogging. saya hanya bisa tersenyum sambil berharap suatu saat saya bisa menjadi objek dari tulisan yang kamu mau buat.
saat itu begitu jauh rasanya, melihat bagaimana kamu ada di etalase kaca yang dilindungi dengan ketat oleh penjagamu. aku bermimpi suatu hari bisa menyelamatkanmu dari tempat itu.
sampai pada akhirnya aku bisa mendengar suaramu, ketika gerbong kereta hendak mengantarkanku ke kota yang panas dan penat disana. oh, itu kotamu. tap rasanya berat mengakui jika saya kesana bukan untuk menjemputmu. atau mengambilmu dari hak orang lain. hanya ingin merasakan ada di satu zona yang sama disana.
waktu juga yang terus mendekatkan saya dengan kamu. sesering aku mendengarkanmu bercerita tentang keadaanmu disana, bahkan tertawa dan tangisanmu juga pernah ku dengar. aku melihat sosok sabarmu disana. perhatianmu yang kecil yang kadang tak terasa. tapi bisa dilihat sedikit demi sedikit.
Aku melihat kamu sebagai penguat hati, wanita dengan keteguhan dan kesabaran. emosimu yang sering kali kau abaikan, bahkan untuk menaruh dendampun sulit. saya mengagumimu dengan sangat. kagum atas kesabaranmu, kagum atas cara berfikirmu, kagum atas sifat yang ordinary.
Tuhan tahu, jalan ini akan dipertemukan, saya ingat ketika kau berkata sudah sendiri, dan aku berusaha untuk meyakinkan bahwa ada aku disini, yang jauh dari disisimu tapi aku berada disekitar kehidupanmu disana. entah betapa bahagianya ketika Saya dan Kamu berubah menjadi Kita.
iya, kita memulai sesuatu yang baru dari titik nol. aku menanti banyak ceritamu, atau bahkan kekhawatiranmu ketika kita berada jauh. aku juga menunggu kesabaran mu yang dulu. cara kamu menghadapi suatu. semua telah menjadi yang kita inginkan, sekarang.
ada saat dimana saya merasa rindu ketika pertama kali kita berbicara banyak tentang diri kita, kit asaling mengnalkan, kita saling berbangga dengan apa yang sudah kita capai. dan saat ini saya begitu bersyukur atas apa yang Tuhan berikan. kepercayaan untuk saya, agar saya bisa lebih menjagamu. sebagai sosok lelaki yang menjadi peneduh, menuntun, dan penunjuk arah.
satu hal yang selama ini saya tekankan pada diri saya sendiri, bahwa kesabaran tidak akan pernah ada batasnya.
Hati diibaratkan sebuah rumah, dimana siapapun berhak masuk kedalam rumah tersebut. tetapi hanya akan ada satu pilihan, tetang siapa yang akan tetap berada dalam rumah tersebut. dan hanya sang pemilik hati yang akan bisa ada disana. membangun rumah yang diciptakan.
Ithriah Sofiana, saya memilihnya untuk ada disini. disebuah hati yang sederhana yang saya punya.
semoga tulisan ini tidak berlebih, atau kejujuran yang dianggap jadi sebuah hal yang hiperbola..